Ngone doka dai loko/Ahu yo ma fara-fara/ Si rubu-rubu yo ma moi-moi/Doka
saya rako moi.
Sengaja saya kutip sebuah Dalil
Moro, yakni bentuk puisi sastera lama dalam sastra Ternate yang merupakan
warisan nenek moyang yang telah merasuk dan dihayati, hingga patut ditaati.
Isi dan pengertian syair Dalil Moro diatas adalah tentang hakikat kehidupan manusia, bahwa setiap individu masyarakat dituntut dapat menempatkan dirinya dalam masyarakat serta mampu menciptakan suasana keragaman yang dapat menjalin ikatan antara sesama manusia dalam hubungan kekeluargaan sampai ke dalam kelompok yang besar, masyarakat.
Isi dan pengertian syair Dalil Moro diatas adalah tentang hakikat kehidupan manusia, bahwa setiap individu masyarakat dituntut dapat menempatkan dirinya dalam masyarakat serta mampu menciptakan suasana keragaman yang dapat menjalin ikatan antara sesama manusia dalam hubungan kekeluargaan sampai ke dalam kelompok yang besar, masyarakat.
Dalil Moro tersebut jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia akan berbunyi:
Kita bagaikan kembang di padang rumput/Tumbuh
dan hidup terpencar-pencar/Terhimpun dalam satu genggaman/Bagaikan hiasan
seikat kembang.
Maka pada hemat saya dalil Moro tersebut selaras dengan firman Allah SWT
sebagaimana QS.
Ali ‘Imran, 3:103: “Dan berpegang
teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah)
bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu
menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi ujung neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk”.
Di dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan orang-orang
beriman untuk menganggap dan mencintai satu sama lain sebagai saudara sendiri,
bersikap memaafkan dan memberi perlindungan, serta benar-benar menghindari
perpecahan, ketidakutuhan, dan percerai-beraian.
Ajaran Islam mengharuskan kaum muslim untuk tidak pernah
melupakan bahwa mereka semua adalah bersaudara. Apa pun sukunya, bahasa atau
golongan yang seseorang miliki, sesungguhnya setiap muslim adalah saudara. Hal
mana selaras dengan wasiat para leluhur kita sebagaimana saya kutip dalam Dalil
Moro di atas. Oleh karena itu semua perbedaan harus kita hargai dan
kita sikapi sebagai sumber kekayaan dan bukan sebagai sumber pertikaian dan
perpecahan.
Ajaran Islam memberi petunjuk kepada kita bahwa persaudaraan dan
kesetiakawanan merupakan salah satu ajaran islam yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia itu adalah mahluk sosial
sekaligus mahluk individu.
Mengapa demikian? Karena kehidupan ini tak selamanya sejalan dengan apa
yang diinginkan oleh manusia. Suatu ketika manusia menderita sakit, mengalami
sesuatu yang menakutkan, dan pada saat yang lain mendapatkan kegembiraan dan
kesenangan. Kejadian yang demikian menunjukkan bahwa manusia memerlukan
pelindung, memerlukan tempat memohon dan memerlukan tempat berterima kasih,
manusia sangat tergantung kepada manusia lainnya. Oleh karena itu hubungan antar
manusia perlu diatur, agar tidak terjadi benturan-benturan yang tidak
diinginkan.
Islam telah memberi tuntutan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
kesetiakawanan sosial. Islam mencanangkan kehidupan yang harus lebih
mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan diri sendiri sebagaimana
yang telah di contohkn oleh Rasulullah SAW. Beliau telah mampu menciptakan
hubungan harmonis antar kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Bahkan beliau sukses
membangun konsep dan tatanan sosial yang kokoh diantara berbagai suku, bangsa
dan agama di Kota Madinah melalui sebuah pakta yang kita kenal sebagai Piagam
Madinah.
Sebenarnya, prinsip di atas sudah kita ketahui dan
pahami. Sayang beribu sayang, entah mengapa praktik kehidupan sehari-hari
berbeda dari seharusnya. Dalam hemat saya, hal ini mungkin terjadi karena kita
merasa sudah cukup dengan kondisi yang penting canggih berteori, berpidato,
berdalih, berdebat dan berargumen dengan tujuan pokok agar orang lain tahu kita
pandai dan hebat.
Mungkin kita merasa bahwa suku ini lebih terpadang dari suku itu. Golongan
ini adalah pahlawan dan golongan lainnya adalah pecundang. Etnis ini lebih
berhak daripada etnis itu baik secara politik maupun pemerintahan dan lain
sebagainya, sehingga timbullah bentutan-benturan
sosial dalam tatanan masyarakat.
Padahal, jika setiap orang mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas dengan kesadaran nurani, maka mereka akan memahami
bahwa hal yang lebih diutamakan adalah menahan diri dari perselisihan tak
berkesudahan dan menegakkan sebuah persatuan yang didasarkan pada nilai-nilai
Al-Qur'an.
Sebagai manusia Maluku Utara dan terutama sebagai muslim,
kita harus mengesampingkan berbagai perselisihan karena sesungguhnya kita
adalah "bersaudara. Muslim yang tulus wajib berterima kasih kepada Allah
SWT atas nikmat persaudaraan ini serta mematuhi perintah-Nya “untuk tidak
bercerai-berai”, sehingga dapat memberikan teladan yang mencerminkan sosok
Islam yang sebenarnya beserta cita-citanya. Karena persatuan orang-orang yang
beriman adalah karunia dan rahmat dari Allah Yang Mahakuasa.
Disamping itu, sebagai seorang
muslim kita perlu menjaga kepentingan dan kehormatan saudara sesama muslim dan
mempertahankannya pada waktu ketiadaannya. Ini termasuklah
kepentingan-kepentingan seperti harta, urusan kerja dan sebagainya sebagaimana
sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dari Abu Hurairah Radiallahuanhu
yang bermaksud: "Orang mukmin adalah
cermin orang mukmin yang lain, dan orang mukmin adalah saudara orang mukmin
yang lain dia akan mempertahankan kepentingan dan mengawalnya dari belakang."
Nenek moyang kita pun secara cerdas telah mewariskan indahnya persaudaraan
itu di dalam untaian kalimat sastra berbentuk Dalil Moro yang kembali saya
kutip sebagai penutup tulisan pendek ini. (Ino fo ma oki mayang/Ma oki mayang no toma titi ino/Giki uwa
ngone bato, Fo maku gasa ira afa).
Jadi mari kita berpadu hati/Berpadu hati seperti mayang
sejak dahulu/ Jikalau orang lain tidak, tentulah kita/Janganlah hidup saling bermusuhan.(*)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar