Selasa, 03 Mei 2016

Ambon, 19 Januari, Ale Deng Beta

Adalah keindahan yang membuat Ambon disebut Manise.

Lapangan Merdeka Ambon (foto:malukuonline.co.id)
Entah bagaimana, keindahan alam dan jiwa seni mungkin memang sudah menjadi takdir orang Ambon.

Bahkan meski ale pendatang pun, lama-lama ale akan paham apa makna Manise di kota ini, bagaimana pemerintah Kota Ambon bisa menasabkan kata Manise sebagai sesuatu yang melekat tidak hanya di wajah kota tetapi di seluruh roman kehidupan warganya.

Beta menduga Tuhan sedang tertawa dan bernyanyi ketika menciptakan pulau Ambon dan orang-orangnya.

Pokoknya, Ambon su pasti manis. orang-orangnya juga, hmmm… kaya ada manis-manisnya gitu, hehehe… 
 
Selain manis, karas kapala adalah gambaran umum tentang sifat orang Ambon. “Kapala Batu Nomor Satu”. Mungkin seng semua, tapi sejauh ini, banyak orang bilang beta demikian, dan beta bahkan sudah ratusan kali memaki teman-teman sekampung dengan dengan sebutan yang sama. Mar memang kapala batu kok. Apalagi kalau su bicara bola deng tinju, Tuang Isa… Tapi karena beta seng talalu mangarti bola deng tinju, mending kamong tanya Bung Heigel deng Kaka Novi Pinontoan deh.

Nah, selain itu yang paling menyebalkan dari orang Ambon adalah tar master orang: Kalo yang satu ini dari Ambon asli sampe Ambon card akang sama samua.

Kalau ale pendatang dari Jakarta atau darimana saja dan masih belum terbiasa menggunakan pronomina “Ale-Beta”? Ya biasakanlah pakai istilah itu, atau ale dapa kata deng satu muka dari orang Ambon karena dianggap sok gaul. Ale terbiasa bicara dengan nada sengak model Farhat Abbas meskipun cuma mau bagaya? Seng usa coba itu di Ambon, jang sampe ale dapa kata sampe seng tau jalan pulang!

Tapi jangan khawatir, tidak semua orang Ambon seperti itu, kok. Biasanya yang begitu itu orang-orang yang pikniknya cuma sampe di Hunimua deng Pintu Kota. Kan orang Ambon itu manis.

Satu hal lain, harga diri dan gengsi orang Ambon itu setinggi pucuk Kingdom Tower yang tengah dibangun pemerintah Arab Saudi di Kota Jeddah. Kalau ale meragukan kredibilitas mereka, itu akan dianggap sebagai tantangan, dan penuntasan dendam orang Ambon seng pernah manis nyong. 

Katong ini anak cuku Pattimura!. Nona-nona Kabaresi. Ale tahu Christina Martha Tiahahu to? Jadi jangan coba-coba pehapein nona Ambon, atau jani-janji sinetron. Tuang Ala, dong kas anjing cuki se nyong gogos.

Ale marah dan ingin mengkritik orang Ambon? Bilang dimuka-muka. Orang Ambon sangat tidak suka tindakan main belakang. Mereka blak-blakan, apa adanya dan seng tau simpang hati. Kalau suka mereka pasti akan bilang suka. Kalau tidak mereka akan ngomong di ale pung ujung idong kalau mereka tidak suka. Ini tabiat.

Oh iya, jangan berharap melihat perempuan Ambon yang manut wani ditata ala nona-nona Solo. Sebab nanti ale kecewa sendiri. Semanis-manisnya nona Ambon, urusan prinsip, Sio, Tete Manis eee, dong pasang di ujung menara TVRI di Gunung Nona kok.

Lihat saja Christina Martha Tiahahu junjungan kami yang tercinta yang memilih mati dan mayatnya dibuang Kompeni di Laut Banda. Beliau tak ragu ngamuk-ngamuk kepada Belanda yang berani datang romba Tanah Maluku iko mau. Nona Ambon tetaplah perempuan kabaresi meskipun dia artis sinetron masa kini model Prilly Latuconsina.

Para lelaki Ambon pun sudah pasti bukan tipe yang bisa ale usir begitu saja. Kalau belum babak-belur, ya, masih akan bangun lagi meskipun sempoyongan. Kecuali dong mabo sopi sampe seng bisa bangun atau maitua bataria di ujung lorong, suru cuci kaki nae tidur.

Mau selfie? Masih banyak bangunan peninggalan Belanda kok, dan suasana klasik itu selalu asyik untuk jadi latar foto berdua. Coba saja plesiran di Benteng Victoria, di Benteng Amsterdam yang ada di Hila/Kaitetu, lalu mampir di jalan Kopra, atau sekadar duduk di Lapangan Merdeka dan Tugu Gong Perdamaian. Atau kalau ale mau suasana laut, pergilah ke Pantai Namalatu, Pantai Hunimua, Pantai Natsepa, Pantai Latuhalat, Pintu Kota, dan masih banyak lagi tempat lain yang tidak hanya manis, tetapi romantis abis.

Tak perlu khawatir bosan, sebab sudah seperti di awal saya katakan, Tuhan menciptakan Ambon sambil tertawa dan bernyanyi, Ambon adalah kota yang setiap sudut kota dan manusianya mampu membuat ale tersenyum dan berdendang dengan suka hati.

Tapi kalau ale ada rencana vakansi di siang hari, jangan lupa pakai tabir surya. Panasnya kota ini bukan mitos. Jadi kalau mau plesir jalan kaki di Ambon, mending ale pilih pagi, sore atau malam hari. Selain lebih adem juga pasti lebih romantis, apalagi kalau ale ada gandeng nona dar Jawa atau Holland, hahahaha  hura...
 
Kota yang dibangun Portugis pada Tahun 1575, saat dibangunnya Benteng Portugis di Pantai Honipopu ini pun, tak kalah romantisnya dengan kota-kota lain di Indonesia bahkan dunia. Namun demikian Kota Ambon pernah menjadi kota air mata, ketika pada 19 Januari 1999, konflik dan kekerasan meletup di tengah menderunya salam permaafan dan peluk cium hari raya Idul Fitri.

Tetapi itu sudah berlalu puluhan tahun lalu. Kini datanglah ke Ambon ketika ale merasa butuh semangat untuk berjuang mengatasi rasa baper yang berlebih akan hal apapun, maka ale akan memperoleh keramahan yang diimbangi dengan ketegasan dari setiap orang.

Apa yang salah akan mereka sampaikan, dan andaikan ale benar pun, pasti dikasih —Cuki Mai—sebab belum afdol rasanya jika ale belum dapa kata –Cuki Mai– saat berada di Ambon— yang akan ditujukan ke ale dengan nada cinta dan kerinduan agar ale seng talalu larut dalam kekecewaan.

Beta sendiri memiliki kerinduan yang amat sangat untuk suatu saat kelak, ketika saat itu benar tiba, akan pulang dan berumah di salah satu sudut pantai Pulau Ambon. Dengan demikian beta bisa punya kesempatan terus tertawa, bernyanyi dan mati dengan senyum yang manis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar