betapa aku masih saja
merindui laut
yang kini tak lagi mengombak
seperti biasanya
meengarus di teluk dan
tanjung. dulu ada namamu di sana
aku selalu merindui ombak
yang pecah berderai
terutama di pasir pantai. di
kota-kota yang kita singgahi
sebab di sana, laut selalu
bening seperti parasmu
binar bola matamu itu pun
laut. sama juga puisi-puisiku
betapa aku masih saja
mencintai laut
meski ombak tak kunjung tiba
dan angin hanya mewartakan
kabar gelisah
tentang orang-orang dari
pulau seberang yang membendung ombak
yang merancang
dinding-dinding penghalang
agar buih-buih ombak tak
sampai padaku tepat waktu
pada pasang ke sepuluh
dimana rindu dan cemburu kian menggebu
aku masih saja terus
merinduimu
meski engkau tak pernah menyadari
betapa laut itu adalah kamu
dengan segala ombakmu.
sedari dahulu
Ambon, 20 Mei 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar