Selasa, 11 Juni 2019

Meski Engkau Tak Pernah Bertanya Apa Kabar Hatiku


akulah ombak terakhir yang setia menjaga laut
ketika kapalkapal besipacu dari jauh
menuju telukmu. memburu harum nafasmu
meskipun engkau tak pernah bertanya tentang rindu
tentang apa kabar hatiku tanpa kopi dan dirimu

akulah ombak terakhir yang tiba di pantai senja itu
sebelum engkau mengucapkan kata selamat tinggal
lalu bergegas menenun perdu sepenuh tubuh

akulah lelaki itu yang setia membendung rindu
di pantaipantai. dari mana semua yang berlalu adalah kamu

            Ambon, 11 Juni 2019

Senin, 27 Mei 2019

Penyair Tua dan Mesin Ketik dari Masa Lalu


mesin ketik tua di sudut ruangan itu
mengirimkan detak rindu dari masa lalu
dengan irama tik tok tik tok
lalu terkadang berderit mengambil jeda
seperti menghitung  jarak spasi
satu setengah ataukah dua
jarang waktu yang hendak dibangun
antara harapan dan rasa cemas
sebab waktu telah berlari sedemikian jauh

mesin ketik tua di atas meja baca itu
ingin mengabarkan sesuatu dari masa lalu
ada bunyi seperti suara kertas terpasang
lalu gesekan kertas karbon meminta duplikat
lima enam ataukah sepuluh lapis
lembar kenangan yang hendak diperbanyak
dari waktu yang tertinggalkan demikian jauh

mesin ketik tua di sudut ruangan itu
sepertinya ingin mengirimkan rindu dari masa lalu
tapi seperti waktu. nasibnya kini kelabu
juga pemilik mesin ketik tua itu

            Ambon, 28 Mei 2019

Kamis, 23 Mei 2019

Pada Sisa Hujan di Tanjung Marthafons


malam ini setelah hujan mengiris selepas tarawih
kutemukan potongan wajahmu yang gigil
di antara tiang-tiang jembatan yang membelah teluk Ambon
beringsut pucat menyembunyikan luka. mungkin juga siksa

apa yang kau tangis dari sisa hidupmu
setelah berlari sekian lama dengan dusta sepenuh tubuh
padahal ketika itu musim begitu akrab memelukmu
di pasir pantai ketika angin masih barat dan bulan sedang purnama

malam ini pada sisi hujan di tanjung Marthafons
kutemukan potongan wajahmu yang pasi
di antara warna-warni lampu jembatan yang menyambung dua tanjung
tenggelam dalam bayang-bayang yang kian membiru
di antara aroma hujan dan uap laut yang merapatkan maut

apa yang kau sembunyikan di dalam hujan
setelah semua catatan yang pernah kau tulis di tiang dermaga
tak lagi menjadi penanda bagi lelaki yang merindukan pulang

            Ambon, 24 Mei 2019


Dan Tak Lagi Luka


dari jauh kita saling mengucapkan selamat tinggal
sebab kapal tiada bertahan dihantam gelombang
meski rindu terus meradang di lipatan ombak
masa depan telah kau lepas ke awan hitam

dari jauh kita telah saling mengucapkan selamat berpisah
sebab tak ada lagi temali layar yang bisa diurai
dari panjangnya jejak pelayaran
yang kau sepuh dengan suasa di malam gulita
aku berharap mutiara, racun kau tuang ke dalam palka

dari jauh kita telah saling mengucapkan selamat tinggal
dan tubuhmu  adalah pantai yang disetubuhi ombak
dari rupa-rupa musim yang melahirkan sengketa
rebahlah-rebah bagi mereka selalu dahaga, juga dia

luka adalah kata sederhana
yang kukirim dari laut paling jauh
:dalamnya telukmu, tiada lagi tabu menahu

            Ambon, 23 Mei 2019




Senin, 20 Mei 2019

Betapa Laut Adalah Kamu


betapa aku masih saja merindui laut
yang kini tak lagi mengombak seperti biasanya
meengarus di teluk dan tanjung. dulu ada namamu di sana

aku selalu merindui ombak yang pecah berderai
terutama di pasir pantai. di kota-kota yang kita singgahi
sebab di sana, laut selalu bening seperti parasmu
binar bola matamu itu pun laut. sama juga puisi-puisiku

betapa aku masih saja mencintai laut
meski ombak tak kunjung tiba
dan angin hanya mewartakan kabar gelisah
tentang orang-orang dari pulau seberang yang membendung ombak
yang merancang dinding-dinding penghalang
agar buih-buih ombak tak sampai padaku tepat waktu
pada pasang ke sepuluh dimana rindu dan cemburu kian menggebu

aku masih saja terus merinduimu
meski engkau tak pernah menyadari
betapa laut itu adalah kamu
dengan segala ombakmu. sedari dahulu

Ambon, 20 Mei 2019

Rabu, 15 Mei 2019

Lelaki di Tepi Laut Banda

tak perlu lagi engkau bertanya tentang dia
lelaki yang pernah mengajakmu ke tepi laut banda
sebab di tubuhmu sampan-sampan terus meronta
entah mencari apa. hingga tenggelam di kolam tuba

air mata jangan kau tanya seperti apa
sebab garam tak lebih asin dari luka di ruang dada

dia lelaki. lengannya perkasa
tapi dalam soal cinta tak luput jua hatinya binasa
sama jua layar bisa koyak dilumat cuaca

tak perlu lagi engkau bertanya tentang dia
lelaki laut yang memelukmu di tepi laut banda
sebab di dadamu kapal-kapal terus saja mendaratkan cuka
entah demi apa. hingga lenyap segala penanda

luka di dada jangan kau tanya selebar apa
sebab bulan tak selalu datang membawa cahaya
demi hatimu yang selalu dilanda gerhana

Ambon, 16 Mei 2019

Minggu, 12 Mei 2019

Salang-e Uihae Tuog Doen

pernah aku terperangkap di celah karang hatimu
tempat dimana ikan-ikan kau undang untuk menari
dan mencumbumu hingga patah dan terkoyak
dalam haru biru yang berujung nelangsa

pernah pula aku terpedaya mengejar bayangmu
hingga batas fatamorgana sebelum terjaga dari mimpi
bagai angin menarik tali-tali layar kesadaran
agar sang nakhoda tetap setia menjaga arah perahu

pernah aku tenggelam di palung terdalam hatimu yang gelap
membuatku kehabisan akal bagai ditawan seribu peri laut
hingga mataku tertutup dan tak bisa perpaling pada indahnya pantai
dan taman laut yang menawarkan kehidupan warna-warni

pernahaku terluka olehmu karena cinta yang haru biru
pada ketika itu dalamnya laut salah kuduga
lalu sengsara berderai air mata. aku terluka

            Ambon, 13 Mei 2019


Kamis, 09 Mei 2019

Er Zal Geen Woord Zijn Om Te Scheiden


ada banyak cara untuk mengucapkan selamat tinggal
tetapi pasir di pantai terlampau akrab menerima garam sebagai nasib
sudah begitu lama sejak takdir diberi nama
oleh garis panjang yang memberi batas pada laut
dari mana para pelaut berlayar dan pulang ke dalam pelukan

ada banyak cara untuk mengucapkan selamat berpisah
tetapi dahan bakau terlampau setia menerima burung-burung
juga angin pantai yang terkadang membuatnya patah
sudah begitu sejak lama ditakdirkan menjadi rumah
oleh kedatangan dari mana saja yang menjadikannya indah
juga bagi pelaut yang kalah dan ingin bercinta

ada banyak cara untuk mengucapkan selamat jalan
tetapi lelaki tetap setia untuk bertahan memikul ombak
sebab matanya adalah laut seperti katamu suatu senja
ketika kaca-kaca buram. seturut hujan yang turun di kotamu
dan engkau semakin gelisah menahan senyap dari dadamu
yang kering dibakar garam tersebab waktu bersilauan seakan hampa

ada banyak cara untuk mengucapkan selamat tinggal
tetapi lelaki tiada lelah menjaga hidup di sisa waktu. bersamamu

            Ambon, 10 Mei 2019



Senin, 06 Mei 2019

Pada Senja Kelima di Bulan Mei Lelaki itu Melipat Hati


ada saatnya ikan-ikan memilih datang dan pergi
musim berlalu silih dan berganti
ada waktunya angin mati dan laut jadi sunyi
begitupun nasib lelaki. terkadang ia hanya sendiri
menghitung garis nasib dari umur yang kian ke tepi

dan di sini, satu lagi kisah telah diberangkatkan
dari pelabuhan yang kian sepi
dari tiang-tiang yang gigil menunggu mati
dari pulau-pulau yan tak lagi mengakrabi maut
tiada pula karam dan terlelap di dasar laut

padahal cinta katamu:
koi pahu gan lelyanga
tahan para do lea
kalau uya do lea
fota deha in rangka

lalu pada senja kelima di bulan mei ini
lelaki laut tak lagi kuasa memikul sabar
untuk memungut sisa-sisa puisi di pasir pantai
dimana hujan menyembunyikan airmata
dari wajah yang terlanjur luka

ada kalanya ikan-ikan memilih pergi dan tak kembali
perahu-perahu menarik dayung dan menepi
ada waktunya arus mati dan laut jadi pasi
begitupun nasib lelaki. terkadang ia melipat hati
menghalau semua debar di muara sugai. agar tak sakit hati

Ambon, 6 Mei 2019