Sabtu, 12 Agustus 2017

Inlanders Klinken



aku duduk di sebuah kafe tua bergaya holandia
di kota tua bernama batavia
mungkin ini bekas rumah meneer belanda.
sambil menyeruput kopi kubayangkan luka
petani tebu dan buruh kopi di ladang-ladang
milik tuan kaya dari eropa. mereka papa tiada berdaya

aku duduk di sebuah kafe tua bergaya holandia
di seberangnya berdiri pula bangunan tua. sisa kompeni punya kuasa
ada nona-nona dengan kebaya seperti nyai tuan belanda
sambil menghisap sebatang rokok kubayangkan derita
petani cengkeh yang bikin ternate, tidore dan saparua jadi darah
juga duka buruh tembakau dari kebun-kebun di sumatera dan jawa
milik tuan kaya dengan harga yang tinggi menggila
di pasar eropa. jadi alasan moyang dijajah

aku duduk di sebuah kafe tua bergaya holandia
lalu kubayangkan tuan-tuan asyik berdansa
seiring irama lagu brodway yang mengalun manja
mungkin dahulu pada jam dengan terik seperti ini
meneer belanda sedang gembira menghitung laba
melimpah-limpah dari pelosok nusantara
barangkali ada juga cuak yang menyodorkan nona muda

aku duduk di sebuah cafe bergaya holandia
di kota tua yang dahulu bernama batavia
sambal menikmati sepotong cake yang bikin pala tukar banda
kubayangkan moyang-moyang yang dulu angkat senjata
sejak khairun, babullah, nuku hingga pattimura
lalu tersadar kini pun kita belum merdeka

            Batavia, 11 Agustus 2017






Aroma Batavia



aku melihat indonesia yang terbakar
di antara cerutu pendiri bangsa
pada senyum seorang jenderal yang lama berkuasa
merah putih bagai gincu di bibir marilyn monroe
pada foto hitam putih yang menggantung bisu di dinding

aku melihat indonesia yang digadai
ketika si bung berbagi api dengan kennedy
lalu tergesa mengencingi roda pesawat
warna garuda menjelma rambut di kepala wanita amerika
lantas si bung menutup telinga ketika the beatles buka irama
padahal hati ingin berdansa
tanah air bukan lagi nyiur melambai
tetapi gaun yang tersingkap hingga ke paha

aku melihat indonesia yang sunyi di mata rakyat sendiri
di antara jor-joran mega proyek yang memboroskan uang negara
di pojok kiri che guevara sedang asyik mengutip sepi
pada bingkai yang juga sendiri
aroma batavia begitu dalam menggunting mimpi
sejak empat puluh lima hingga hari ini.


            Batavia, 09 Agustus 2017




Selasa, 08 Agustus 2017

Lelaki Laut Dengan Rindu yang Kian Celaka



ada seutas rindu yang mengikat jiwa lelaki itu
antara tarikan layar dan ketukan dayung di lambung sampan
antara janji yang kian renta di benteng jagaraga
dan desir ombak di pantai lovina yang menjauhkan asa
o... kemana jua kekasih hati membuang muka
di kala rindu sedang bulat di malam purnama

ada setumpuk garam yang menyesaki dada lelaki itu
antara tanjung benoa dan nada cinta di pantai kuta
antara getir cuaca dan rindu di tanah pusaka
o... kemana jua lelaki perkasa melarungkan lara
bila kekasih telah jauh berpaling muka

lalu ketika senja beranjak tiba di depan mata
membawa serta lukisan laut berwarna jingga
lelaki itu kian tenggelam di dalam duka
ditatapnya burung-burung yang terbang pulang
rindu ia kepada sarang. sendiri pula memeluk bayang
hilang pelan ditelan malam. menangis ia di dalam diam
sediam kenangan yang lama hilang di bukit campuhan

            Legian, 07 Agustus 2017