Rabu, 26 Juli 2017

Balada Sarimin dan Sastrawan SUFI


suatu hari sarimin pergi ke pasar
lalu seorang sastrawan SUFI lalu bertanya  padanya
hei, monyet tahukah kau perkara puisi?
yakis bacan bernama sarimin itu pun menjawab
tahu aku, seumur hidupku puisi di hutan-hutan
pantai dan laut halmahera

suatu hari sarimin pergi ke pasar
lalu seorang sastrawan SUFI bertanya padanya perihal kitab
hei, sarimin tahukah dirimu perihal buku 33?
yakis bacan bernama sarimin itu hanya asyik memakan pisang
lalu membuang kulitnya bersama beberapa halaman buku itu ke tong sampah
kata sarimin buanglah sampah pada tempatnya

suatu hari sarimin pergi ke pasar
lalu seorang sastrawan SUFI bertanya padanya
hei sarimin, sudahkah engkau memiliki tiket ke negeri jiran?
sarimin yang yakis bacan itu menggoyang pantatnya yang merah
sambil berkata saya hanya monyet dari halmahera yang tidak butuh
perjalanan ke luar negeri hanya untuk memuji manusia
lalu dilemparnya kepala sastrawan SUFI itu dengan buah kelapa
agar sastrawan SUFI itu dapat memanfaatkan buah kelapanya
untuk bertahan hidup dan tak lagi menghamba pada dunia

            Batavia, 26 Juli 2017
           









Catatan kaki:
1. yakis bacan adalah monyet endemik yg hidup di pulau bacan. Nama latinnya macaca nigra.
2. sastrawan SUFI (SUka Fulus denI)
3. jiran/tetangga
4. sarimin adalah nama yg diberikan pada monyet oleh tukang topeng monyet
5. pasar adalah tempat berdagang atau jual beli
6. halmahera adalah nama pulau di provinsi maluku utara
7.ini puisi essay katanya
8.katanya di cetuskan oleh seorang
9.orang itu sangat bernafsu jadi tokoh sastra
10. catatan kakinya gelap sepuluhkan?



Senin, 24 Juli 2017

Bukan Riwayat Buah Khuldi



pada mulanya hanyalah tanah
lalu tuhan mencipta adam
setan pun murka dan tinggi muka
sejak itu kita pun kenal yang namanya celaka

pada mulanya hanyalah tulang iga
lalu tuhan menjadikan hawa
satu rusuk hilang seukur hasta
sejak itu kita pun tahu yang namanya wanita

pada mulanya hanyalah kata
lalu tuhan meniup rasa ke dalam dada
sepasang manusia merajut asa
sejak itu kita pun mengenal cinta

pada mulanya hanyalah buah
ketika pohon belum bernama
siapa sangka itulah nangka
lalu kita kena getahnya

     Batavia, 24 Juli 2017





Minggu, 02 Juli 2017

Senja di Jembatan Kapuas



senja di jembatan Kapuas
ketika matahari merah jambu di pipimu
arus sungai mengalirkan  cinta
melerai duka lara

senja di jembatan Kapuas
ketika matahari berangkat pulang
awan hitam pun beranjak 
dari rindu yang kian berpinak
sampan-sampan melabuhkan harapan
engkau semakin manis dalam pelukan

Pontianak, 15 Mei 2017

Sajak Asmara



bila purnama rekah di pipimu
laut pun pasang sepenuh
kita seiga
saling menggenapi
saling memiliki
kita selubuk
saling menuangi
saling menggenangi
lautan asmara memenuhi bejana cinta

            Bengkayang, 10 Mei 2017