Senin, 06 Maret 2017

Puisi Cinta Kita



selalu saja ada senyum yang lebih tulus
setiap kali perjumpaan dan kita sama menghapus awan
seperti juga tetes embun yang menjengukmu
setiap pagi di kebun bapak dalam harap
yang meski kadang menyandera. kita tak putus berharap cinta
sebab kita tahu setelah embun dan gerimis selalu ada matahari

selalu saja ada rindu yang lebih dalam setelah perjumpaan
yang membawa kita lebih mesra ke dalam pelukan
dengan debar kasih sayang selembut ombak membelai pantai
setiap kali engkau memintaku untuk tinggal lebih lama
agar kita semakin akrab merapal doa-doa di penghujung senja
juga subuh yang kadang datang begitu menggegas. aku tahu
kita sama ingin menuju matahari merawat mata hati

selalu saja ada cinta yang lebih dalam setelah badai menghempas
setiap kali puting beliung datang meranggas di musim yang cemas
aku tahu. kita semakin mahir menyembuhkan luka
semakin piawai melerai duka lara. bagai para pelaut
melerai layar dan kemudi dari hantaman angin barat
meski ombak berlipat-lipat menahan kita di atas dermaga
ke tepian semula perahu cinta tiada lelah
melabuhkan asmara. cinta kita

            Negara Ratu, 4 Maret 2017



Minggu, 05 Maret 2017

Bayangan Dusta



berhari lalu engkau mengirimkan sebuah puisi
tentang lelaki yang kian lincah meracik kopi
aku tahu. ia kini lihai meraba pekat tubuhmu yang masai
dalam gemericik berahi yang menganak sungai
hingga tak lagi menyisakan tanda bagi diriku. untuk berandai

berhari lalu engkau menulis puisi tentang mimpi dan rasa rindu
tetapi ia yang di luar pintu tak henti jua kau ajak melewatkan waktu
mengacak-ngacak dapur, ranjang tidur di ruas-ruas tubuhmu
lalu jejakku kian terhapus dari hati dan degup jantungmu
bagai piatu menyesali nasib di ujung hari. dustamu itu

berhari lalu engkau menulis puisi tentang bayang-bayang
berharap mimpimu mengangkasa bagai layang-layang
aku tahu. ia kini menanak di rahimmu berharap kasih-sayang
dalam gemuruh berahi. bagai amuk angin timur menggepur karang
menyisakan bisa ular di semak tubuhmu yang kian meradang

berhari lalu engkau mengirimkan sebuah puisi penanda sayang
tentang kopi dan rasa rindu juga asmara menjelang petang
tetapi cangkir dan ruas bibirmu terlanjur penuh noda tualang
pahitnya khianat itu menikam jantungku hingga hingga ke tulang

            Ternate, 1 Maret 2017